SEBAGAIMANA di dalam Al Bidayah wan Nihaayah
karangan Ibnu Katsir,kejadian-kejadian tahun 665,
ketika ia berkata:
Ibnu Kholkaan berkisah menukil tulisan Asy Syaikh
Qathbuddiin Al Yuunaani dia berkata:
Telah sampai kepada kami bahwasanya seorang laki-laki yang biasa
dipanggil Abu Salamah dari daerah Bushro, dia itu suka berkelakar dan
berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
Disebutkan di sisinya siwak dan keutamaan-keutamaannya, maka
dia berkata: “Demi Allah, aku tidak akan bersiwak kecuali di dubur!”
Lalu dia mengambil sebuah siwak, memasukkannya ke duburnya
kemudian mengeluarkannya.
Berkata Qathbuddin: Setelah melakukan perbuatan tersebut,
ia tinggal selama sembilan bulan dalam keadaan mengeluh sakit perut dan
dubur. Ia (Qathbuddin) berkata:
Lalu dia melahirkan anak seperti tikus mondok yang pendek dan besar,
memiliki empat kaki, kepalanya seperti kepala ikan.
(Hewan itu memiliki empat taring yang tampak menonjol,
panjang ekornya satu jengkal empat jari) dan memiliki dubur seperti dubur kelinci.
Tatkala sudah dilahirkan, hewan itu menjerit tiga kali,
lalu bangkitlah anak perempuan laki-laki itu dan memecahkan kepalanya sehingga matilah hewan tersebut.
Laki-laki itu hidup setelah melahirkan selama dua hari dan mati pada hari yang ketiga.
Dan dia (sebelum mati) berkata:”Hewan ini telah membunuhku dan
memotong-motong ususku.”
Sungguh kejadian ini telah disaksikan oleh sekelompok penduduk daerah
tersebut dan para khathib tempat itu.
Di antara mereka ada yang melihat hewan itu hidup-hidup dan
di antaranya ada yang melihatnya setelah mati.
***
Sumber: Al Qoulul Mufid Penjelasan Tentang Tauhid karya Asy Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushobiy,
diterjemahkan oleh Ummu Luqman Salma bintu Ngadino As Salafiyah, terbitan Darul ‘Ilmi hal. 153-154.